Tuesday, June 15, 2010

STUDI EKSKURSI LPJKD-SUMUT 2010 BEIJING-SHANGHAI

Kunjungan ke negeri China (Beijing-Shanghai) dilaksanakan sesuai dengan program kerja LPJKD-SU tahun 2010 dimulai dari tanggal 21 Mei 2010 sampai dengan 28 Mei 2010 dengan total jumlah peserta sebanyak 29 orang yang merupakan perwakilan dari ke empat unsurnya.

Berikut catatan perjalanan yang kami kutip dari tulisan salah satu peserta.

Catatan Ringan Kunjungan LPJKD Sumut Beijing 2010

By: Murlan Tamba

Tiada kata yang tepat kecuali berdecak kagum, takjub, mencengangkan dan terkesima ketika melihat infrastruktur dan keteraturan kota Beijing. Kota yang berpenduduk 17 juta jiwa dengan jumlah kenderaan mencapai 4 juta yang sebelum dikenal dengan kota bersepeda, sehingga untuk mengatasi kemacetan harus dilakukan beberapa strategi.

Setelah proses pendaratan mulus di bandara Beijing (termasuk 10 besar yang paling sibuk di dunia) Jumat malam /21 Mei 2010 jam 22.30 melalui penerbangan panjang hampir satu hari sejak pagi yang dimulai jam 9.30 Medan-Kuala Lumpur dengan pesawat Malaysia Airlines. Setelah transit di KL dilanjutkan penerbangan dengan Cathay Facific menuju Hongkong dan HK – PEK by China Air. Rombongan terdiri dari 29 orang mewakili Pengurus LPJKD Sumut yang terdiri dari empat unsur asosiasi perusahaan asosiasi profesi, unsur pemerintah dan unsur pakar atau perguruan tinggi.

Rombongan disambut oleh tour guide yang sangat ramah Shandy yang memiliki tingkat humor yang tinggi dengan kemampuan bahasa Indonesia relatif bagus, walaupun kadangkala anggota rombongan memperbaiki ucapannya untuk menyebut ‘menonton’ dengan logat khasnya menyebutkan dengan menoton.

Sambil menghilangkan kecapekan dari bandara menuju hotel didalam bus Shandy, tour guide menyampaikan informasi tentang transportasi di Beijing terutama dalam mengatasi kemacetan akibat menumpuknya kendaraan di jalan raya, pemerintah memberlakukan larangan dan kebebasan bagi kendaraan melintas di jalan raya dengan berpatokan pada nomor plat ganjil dan nomor plat genap. Kendaraaan dengan nomor polisi yang angka terakhirnya genap atau ganjil memiliki hari-hari tertentu di mana mobil tersebut tidak boleh dipergunakan. Apabila kendaraan ini terlihat digunakan, maka pengemudi mobil tersebut akan ditindak sesuai hukum yang berlaku. Kebijakan ini muncul pada saat kota Beijing menjadi tuan rumah Olimpiade pada bulan Agustus 2008 dan diterapkan kembali sejak tanggal 11 Oktober 2008. Tujuannya semata-mata bukan saja mengurangi kepadatan lalu lintas, namun juga menciptakan udara kota yang bersih. Dengan ketentuan tersebut, beberapa kendaraan milik pemerintah, juga kendaraan milik perusahaan swasta dan pribadi, diharapkan akan "hilang" dari peredaran di jalan raya selama adanya ketentuan itu.

Ketentuan yang berlaku adalah mobil yang memiliki plat nomor akhir angka 1 dan 3 hanya boleh melintas pada hari Senin, sementara kendaraan dengan plat nomor akhir 2 dan 4 hanya boleh melintas pada hari Selasa. Kendaraan dengan plat nomor akhir 5 dan 7 hanya boleh melintas pada hari Rabu, plat nomor akhir 6 dan 8 hanya boleh melintas pada hari Kamis dan plat nomor akhir 9 dan 0 hanya boleh melintas pada hari Jumat. Sedangkan pada hari Sabtu dan Minggu semua pemilik mobil pribadi diijinkan untuk menggunakan mobil pribadinya. Jadi besok Sabtu, Beijing itu macet, kata Shandy sambil menjelaskan berbagai tempat menarik objek wisata yang akan dikunjungi oleh LPJKD Sumut besok.
Setelah kecapean tidak terasa rombongan telah tiba di Hotel Sariz terletak di pusat "Cina Sillicon Valley" daerah dan daerah perbelanjaan baru, yang antara Ring Road Ketiga dan Keempat Ring Road Beijing.

Setelah istirahat malam pertama di Beijing dan sarapan pagi di Hotel Sariz, rombongan LPJKD pagi Sabtu, 22 Mei 2010 berkunjung ke toko obat. Begitu masuk bangunan megah tersebut, langsung disambut dengan berseragam putih, dan seorang professor yang pernah tinggal di Surabaya memperkenalkan Tong Ren Tang sebagai toko obat yang sudah ternama dan tepercaya di dalam maupun luar negeri dan menceritakan bahwa Tong Ren Tang adalah penyuplai obat-obatan untuk dua mantan presiden RI, Soekarno dan Abdurrahman Wahid atau Gus Dur. ”Bahkan, (Gus Dur) sempat dua kali datang untuk berobat ke Tong Ren Tang, yaitu tahun 2000 dan 2004,” ujarnya.

Tokoh penting lain yang mengonsumsi obat-obatan dari Tong Ren Tang adalah Norodom Sihanouk dan ibu dari Presiden Bush.

Tahap berikutnya tahap pemeriksaan oleh professor dengan menggunakan jas seperti dokter memeriksa kesehatan tubuh kami masing-masing. Ini gratis, ungkap mereka. Proses pemeriksaan dilakukan dengan mencium bau badan dan mulut, melihat raut muka, menanyakan asal, umur, dan mengecek denyut nadi. Kurang dari lima menit, para profesor ini sudah bisa memberikan diagnosis. Mereka kemudian menawarkan daftar nama obat yang dibutuhkan. Inilah tujuan final dari semua rangkaian kegiatan yang kami alami sejak memasuki Tong Ren Tang: menjual produk. Beberapa rekan dari rombongan ada yang beli untuk satu bulan, tiga bulan malah untuk periode enam bulan. Sambil bergerak meninggalkan tempat jula obat tersebut menuju Forbidden City dan Lapangan Tiananmenl, mulai canda dari rekan-rekan yang membeli obat.

Sambil menikmati perjalanan, Shandy di dalam bus menjelaskan perjalanan berikutnya menuju Forbidden City.

Shandy dengan tekun menjelaskan di beberapa titik bangunan yang dikenal memiliki nilai sejarah semenjak Dinasti Ming. Forbidden City sering disebut juga dengan "Istana Terlarang", terletak persis di tengah-tengah kota kuno Beijing, merupakan istana kerajaan selama periode Dinasti Ming dan Dinasti Qing. Lokasi ini memiliki luas 72 ha, dengan berbagai bangunan kuno yang menarik.

Peserta sambil mendengar pesan yang disampaikan, di balik keramaian photo dengan berbagai pose tiada henti, termasuk dalam hal ini istilah ‘photo cantik’untuk menyebut guyonan rekan kamera DSLR yang dimiliki oleh seorang teman. Memang rekan-rekan dari LPJKD Sumut ini hampir semua adalah photogenic.

Setelah hampir 2 jam rombongan mengelilingi istana terlarang, forbidden city. Rombongan bergerak menuju lapangan Tiananmen. Lapangan Tiananmen dapat diakses dari lapangan istana terlarang tersebut melalui Gerbang Tiananmen dan dihubungkan dengan under pass, terowongan. Lokasi tersebut dikelilingi oleh suatu wilayah luas yang disebut Kota Kerajaan. Lapangan yang sangat popular ini disekitarnya ada bangunan pemerintah, museum nasional rakyat dan lain-lain gedung megah.

Di lapangan ini tidak diperbolehkan menggelar spanduk tatkala berphoto bersama. Sebuah ketegasan mungkin agar tidak punya kesan demontrasi (?), ada beban historis tahun 1989. Lapangan yang terluas di dunia tersebut memiliki nilai historis.

Di sini para pengunjung mengabadikan diri dengan berphoto ria, demikian juga rombongan selain photo kamera cantik, pribadi juga photo professional yang tersedia. Setiap lembar dikenakan biaya 100 Yuan.

Setelah menikmati indahnya lapangan ini, akhirnya rombongan bergerak berjalan menelusuri lapangan menuju bus dan karena sudah kelaparan Shandy, pemandu mengajak tim LPJKD Sumut ke tempat makan. Semua kelaparan, melahap habis makanan ala China yang dimiliki pengusaha restoran berasal dari Turki tersebut.

No comments:

Post a Comment